Selasa, 31 Mei 2016

Dokumentasi Saat Wawancara








Keseluruhan materi dalam blog ini merupakan hasil wawancara perihal kesenian Kuda Renggong dengan ketua paguyuban Kuda Renggong Sumedang, Encep Suharna pada Minggu 3 April 2016 di Dsn Pasir Reungit Tonggoh, RT 08/ RW 02, Desa Pasir Reungit, Kec. Paseh, Kab. Sumedang, yang tentunya berkaitan dengan matakuliah Kebudayaan Sunda Fakultas Ilmu Budaya Unpad 2016 yang diampu oleh Rahmat Sopian ,S.S., M.Hum.
Penulis harap, dengan membaca blog ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, yakni memberikan kita pengetahuan yang lebih detail mengenai seluk beluk kesenian Kuda Renggong sebagai salah satu warisan budaya Sunda.
Nah... berikut ini merupakan fofto-foto yang kami ambil saat melakukan wawancara dengan Bapak Encep Suharna.


Daftar Pustaka



1.      Encep Suharna, 3 April 2016, Seluk Beluk Mengenai Kuda Renggong, Pasir Reungit Sumedang.
2.      Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

SARAN


        Hampir dalam setiap pementasan Kuda Renggong di hajatan anak sunat saat ini, biasanya ada beberapa penari yang ikut kedalam arak-arakan yang merupakan warga desa dan cenderung para pemuda, selalu meminum-minuman keras sebelum ataupun disela-sela istirahat pementasan arak-arakan Kuda Renggong. Kami menyarankan agar para pemuda yang kelihatan mabuk saat menari dalam pementasan Kuda Renggong itu dilarang untuk ikut arak-arakan dan diamankan oleh hansip atau aparat yang berwajib agar tidak merusak citra dari Kuda Renggong itu sendiri.

SIMPULAN


Kuda Renggong sebagai salah satu warisan kebudayaan Sunda yang unik, berasal dari Sumedang patut dipertahankan eksistensinya karena mengandung nilai-nilai filosofi yang tinggi. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi dalam Kuda Renggong saat ini merupakan suatu bentuk perkembangan dari Kuda Renggong itu sendiri yang akan menambah daya tarik dan nilai estetik dari Kuda Renggong, yang diharapkan mampu merebut hati kawula muda dari etnis Sunda (khususnya orang Sumedang) sehingga mau melestarikan Kuda Renggong di era persaingan budaya global ini.


@kuda_renggong_smd 

Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Generasi Penerus Bangsa Untuk Mempertahankan Eksistensi Kuda Renggong di Tengah-Tengah Arus Modernisasi


Untuk mempertahankan eksistensi kesenian Kuda Renggong ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat sebagai penerus bangsa. Di antaranya:
  1. Jika mengadakan acara hajatan bisa dengan menyewa Kuda Renggong.
  2. Sebagai Mahasiswa, bisa membuat karya ilmiah atau penelitian mengenai Kuda Renggong kemudian dibukukan, sehingga seluruh masyarat mengetahui seluk beluk mengenai Kuda Renggong.
  3. Memanfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube atau Line kemudian mengunggah foto atau video bertemakan Kuda Renggong kedalam akun media sosial tersebut agar lebih mudah diakses oleh masyarakat khususnya kawula muda.
Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Tujuan Dipertahankan Dan Dilestarikannya Kesenian Kuda Renggong


            Kuda Rengggong sebagai salah satu warisan budaya masyarakat Sunda perlu dipertahankan eksistensinya. Hal ini dikarenakan suatu budaya merupakan ciri atau karakter suatu masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu mempertahankan warisan budaya ini. Alangkah disayangkan jika antusiasme masyarakat (khususnya masyarakat Sumedang) kurang terhadap seni yang penuh dengan filosofi ini.
            Untuk menjadi suatu ciri kemasyarakatan, mempertahankan kebudayaan Kuda Renggong juga bisa ditujukan untuk  beberapa hal berikut:
  1. Melanjutkan warisan kekayaan budaya leluhur yang diprakarsai oleh Aki Sipan pada tahun 1910.
Dengan begitu, hal itu bisa dianggap sebagai penghormatan kepada beliau  yang meprakarsai kesenian ini.
  1. Menjadi salah satu identitas masyarakat Sunda khususnya masyarakat Sumedang.
Hal ini dikarenakan kesenian Kuda Renggong ini hanya ada di Sumedang, sehingga dengan adanya kesenian ini menunjukkan identitas daerah Sumedang dan masyarakatnya sendiri.
  1. Menjadi ladang berbisnis bagi para seniman Kuda Renggong.
Selain itu, suatu kesenian bisa juga dijadikan sebagai ajang mencari penghasilan. Dengan begitu, kesenian ini selain dipertahankan juga dapat menghasilkan materi, seperti yang dikatakan oleh bapak Encep Suharna, “SENI TETAP DIPERTAHANKAN, BISNIS DIDAPATKAN.”



Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Haruskah dilakukan upaya pemurnian kembali pada Seni Kuda Renggong yang banyak mengalami bentuk perubahan dalam seninya dewasa ini?




           Seni Kuda Renggong yang ada pada saat ini, tidak harus dikembalikan atau dimurnikan ke asal mula adanya seni Kuda Renggong, karena jika seperti itu artinya Kuda Renggong tidak berkembang (jalan di tempat). Para seniman Kuda Renggong mendukung bentuk-bentuk perubahan-perubahan yang terjadi dalam Seni Kuda Renggong, selama perubahan tersebut menunjukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik (sehingga akan menambah nilai estetik dan nilai kreasi seni nya) dan tentunya yang terpenting adalah tidak merubah ciri khasnya.

Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Perubahan-Perubahan Kreasi Yang Terjadi Dalam Kuda Renggong Seiring Perkembangan Zaman


1. Perubahan Tarian Kuda
            Tarian Kuda Renggong yang dilihat pada masa sekarang tentunya merupakan bentuk kreasi tarian dari masa ke masa mengikuti perkembangan zaman. Pada awalnya kuda menari dengan gerakan yang sederhana, yaitu kuda menari mengikuti irama dog-dog. Saat ini, tarian Kuda Renggong mengalami perkembangan yang ditunjukkan dengan penambahan gerakan tarian kuda, seperti tari atau gerak di tempat, tari keliling, gerak sambil berjalan, gerak yang didemonstrasikan (silat), ada juga gerak slow (lambat) dan gerak disco (cepat). Perubahan kreasi tarian tersebut menunjukan bahwa para seniman Kuda Renggong mengembangkan kesenian ini sesuai dengan perkembangan zaman sekarang sehingga menambah daya tarik masyarakat terhadap Kuda Renggong yang berujung pada tindak pelestarian budaya  pementasan Kuda Renggong.

Informasi tambahan yang kami peroleh dari Bapak Encep Suharna bahwa jenis gerakan kuda yang bisa dilatih menurut Aki Sipan adalah:
  1. Adean: Gerakan lari kuda melintang (malang) yaitu gerakan lari kuda kepinggir.
  2. Torolong: Gerakan lari kuda dengan langkah kaki kuda pendek-pendek namun cepat.
  3. Derap/jorog: Gerakan langkah kaki kuda jalan biasa artinya tidak lari namun gerakannya cepat.
  4. Congklang: Gerakan lari dengan cepat kaki sama-sama kearah depan (Kuda Pacu).
  5. Anjing Minggat: Gerakan langkah kaki kuda setengah lari.

2. Perubahan Alat Musik Yang Digunakan
            Adapun  jenis alat musik yang digunakan dalam pementasan Kuda Renggong pada awal kemunculannya hanya di iringi dengan tabuhan Dog-Dog. Selanjutnya Dog-Dog dan Angklung dipadukan untuk mengiringi pentas Kuda Renggong pada saat itu. Pada tahap perkembangan selanjutnya alat musik pengiring Kuda Renggong menjadi Genjring dan Bedug. Dalam pementasan Kuda Renggong di era berikutnya, Kendang Pencak lah yang menjadi alat musik pengiring Kuda Renggong yang kemudian diganti lagi dengan alat musik Tanji. Seiring perkembangan teknologi saat ini, tidak hanya diiringi alat musik tanji,  Kuda renggong menambahkan alat musik pengiring modern dalam pementasannya, seperti gitar, terompet, bass, keyboard organ, simbal, drum, dan tamtam untuk membuat pementasan Kuda Renggong ini semakin semarak.

3. Perubahan Lagu Yang Dinyanyikan Sinden Dalam Kuda Renggong
            Pada awal kemunculannya, tidak ada sinden dalam pementasan Kuda Renggong. Seiring berjalannya waktu, sinden muncul untuk memeriahkan dan mengindahkan alunan musik dengan menyanyikan tembang-tembang Sunda seperti Kaleked, Mojang geulis, Rayak-rayak, Ole-ole, Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, dan Jisamsu.   Perkembangan budaya yang pesat saat ini, salah satunya semakin banyaknya lagu yang diproduksi oleh label-label rekaman dan distribusinya yang mudah didapatkan dengan hanya satu kali klik di internet untuk mendapatkan berbagai jenis dan judul lagu, membuat fenomena tersebut berpengaruh terhadap lagu-lagu yang dinyanyikan oleh sinden/penyanyi dalam arak-arakan Kuda Renggong saat ini yang cenderung bebas, bahkan justru didominasi lagu-lagu dangdut (karena dirasa lebih merakyat dan lebih disukai serta cocok untuk diberikan gerakan tari).
  
4. Perubahan Kostum Yang Digunakan Oleh Anak Yang Menaiki Kuda

Biasanya, anak yang menaiki Kuda Renggong diharuskan memakai pakaian yang disebut pakaian Gatot Kaca yang melambangkan ksatria yang gagah berani seperti Gatot Kaca. Namun saat ini, ada yang tetap menggunakan pakaian Gatot Kaca, dan ada juga yang lebih memilih menggunakan baju casual seperti kemeja dan jeans (bagi anak laki-laki), dan long dress (bagi anak perempuan). Tergantung keinginan yang mempunyai hajatan.











5. Perubahan Pakaian dan Accesoris Yang Dipakai Oleh Kuda
            Menggunakan warna-warna terang dan pola atributnya belum se-kreatif saat ini. Pakaian yang dikenakan kuda di design oleh dan tergantung keinginan masing-masing seniman Kuda Renggong dan setiap tahunnya mengalami perubahan.


Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Cara Melatih Kuda Hingga Bisa Menari Sesuai Irama Musik


Kuda untuk pementasan Kuda Renggong tentunya adalah kuda yang telah dilatih dengan telaten dan pantang menyerah oleh para seniman Kuda Renggong. Dari asalnya hanya seekor kuda biasa, dengan rajin dilatih oleh para seniman, kuda tersebut seiring berjalannya waktu bisa menari sesuai irama musik, dan dalam pelatihan kuda tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
            Tidak semua kuda bisa dilatih untuk menari, standar umur kuda yang akan dilatih menari sekitar umur 6 tahun. Pada dasarnya semua hewan jika ingin jinak harus terbiasa dengan keberadaan manusia, begitu pula dengan kuda ini, pelatih Kuda Renggong terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan kuda tersebut supaya kuda menjadi jinak dan mempermudah untuk dilatih. Selain itu, tidak hanya manusia yang memiliki rasa demam panggung saat berada pada sebuah pementasan, kuda juga bisa mengalami demam panggung saat pentas. Untuk itu ketika berlatih hendaklah kuda dibawa ke tempat yang ramai tujuannya agar kuda tidak takut saat dikerumuni banyak orang dan tidak mengalami demam panggung saat pentas. Biasanya kuda dibawa berlari-lari ke jalan oleh dua orang pelatih dan diberi pecutan, kuda tersebut dilatih setiap hari selama kurang lebih 8 bulan, agar kuda lebih lincah dalam menari maka lebih baik lagi jika dilatih hingga 2-3 tahun. Ketika dilatih kuda tidak serta merta langsung bisa menari sesuai irama musik, tetapi  cara melatih kuda dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu yaitu :
1.         Tahun ke-1 kuda dilatih untuk bisa menari
2.         Tahun ke-2 kuda dilatih menari disertai dengan alunan musik
3.         Tahun ke-3 kuda dilatih menari dengan alunan musik sambil dinaiki oleh anak kecil atau orang dewasa.

Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Pakaian Yang Dikenakan Anak Yang Menaiki Kuda Renggong




Pada pementasan Kuda Renggong juga tidak hanya kuda yang dikenakan atribut, anak yang hendak menaiki Kuda Renggong juga dikenakan atribut berupa pakaian yang telah disediakan oleh para seniman Kuda Renggong. Pakaian yang dikenakan yaitu pakaian Gatot Kaca yang terdiri dari mahkuta/siger (penghias kepala), badong, baju berlambangkan bunga, celana, kilat bahu, dan gelang. Filosofi menggunakan pakaian Gatot Kaca yaitu anak yang menaiki kuda layaknya ksatria Gatot Kaca yang gagah dan tangguh yang juga pantang mundur dalam sebuah peperangan untuk mencapai kemenangan.




Narasumber: Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Atribut Yang Dikenakan Kuda Renggong




Beberapa atribut yang dikenakan pada  kuda agar kuda terlihat lebih gagah dalam pementasan Kuda Renggong yaitu:
  1. Sela                 : Tempat atau alat untuk duduk penunggang kuda
  2. Mahkuta        : Penghias kepala kuda
  3. Sangawedi      : Pijakan kaki bagi penunggang kuda
  4. Apis                : Tali penahan sela yang dihungkan dengan pangkal ekor kuda
  5. Eles                 : Tali kemudi kuda
  6. Kadali             : Besi yang dipasangkan pada mulut kuda untuk mengikatkan
                                      tali kedali
  1. Ebeg               : Hiasan sela
  2. Sebrak            : Lapisan dibawah sela agar punggung kuda tidak luka maupun
                               lecet
  3. Andong          : Sabuk yang diikatkan kebagian perut kuda sebagai penguat sela agar
                                     tidak mudah lepas dari punggung kuda.


Narasumber:  Encep Suharna Selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Alat Musik Pengiring Kuda Renggong Saat Ini


Alat musik yang digunakan dalam pementasan Kuda Renggong saat ini, yaitu:

·         Tanji: berasal dari tanjidor, musik yang digunakan dalam tanjidor adalah klarinet, pistone, trombon, dan terompet, dimainkan dengan cara ditiup.
·         Bonang: alat musik pukul terbuat dari perunggu, dimainkan dengan cara di pukul.
·         Kenong: terbuat dari perunggu, terdiri satu set dimainkan dengan cara dipukul.
·         Genjring: rebana kecil yang dilengkapi dengan kepingan logam bundar pada bingkainya.
·         Kendang: terbuat dari membrane kulit dikedua sisinya. Dimainkan dengan cara dipukul oleh kedua telapak tangan.
·         Goong kecil dan besar: terbuat dari perunggu dan dimainkan dengan cara dipukul.
·         Bedug: terbuat dari membrane kulit dikedua sisinya alat musik tabuh ini seperti gendang, Dimainkan dengan cara dipukul
·         Alat-alat suara: mikrofon sederhana
  • serta alat-alat musik lain seperti  gitar bass, organ,  terompet, simbal, drum, dan tamtam untuk melengkapi kemeriahan pementasan Kuda Renggong.


Narasumber: Bapak Encep Suharna

Ritual Sebelum Kuda Renggong Dipentaskan


Dalam ritual sebelum dilaksanakan pentas Kuda Renggong, ada istilah “nitip amis ngala menta”, yang merupakan ritual mendoakan para leluhur yang sudah meninggal. Selain itu, dalam ritual ini disediakan juga sesajen, yang mana sesajen ini terdiri dari telur yang di letakan di atas nasi tumpeng, kelapa muda, rujak-rujak, kopi hitam, cerutu, dan bakakak ayam, itu semua disediakan bukan berarti kita memohon kepada leluhur melalui sesajen melainkan sebagai tatakrama budaya semata. Memohon do’a tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Istilah Tanji Dalam Kuda Renggong


Tanji merupakan salah satu perangkat karawitan sunda yang besar waditranya (instrument), tanji lahir dan berkembang di Sumedang pada tahun 1965-an tepatnya di kampong Sumber, desa Bojongloa, Kecamatan Buahdua, Provinsi Jawa Barat.
Awal keberadaannya dimulai oleh kedatangan seorang yang bernama Arkilin, yang sering dipanggil Aki llin, dari daerah Haurgeulis Kabupaten Indramayu. Ia adalah pedagang keliling dan suatu saat sampai ke kampong Sumber, ia bertemu dengan seorang Seniman Reog bernama Inggi, seorang pengrajin gula kawung (gula merah/gula aren). Ketika Aki Ilin mengetahui bahwa Inggi adalah seorang seniman, ia menawarkan alat-alat kesenian yang ia sebut dengan istilah parabot musik, atau alat-alat musik Barat.
Sebenarnya, istilah tanji dalam kesenian Kuda Renggong itu artinya musik. Namun masyarakat sering mendefinisikan tanji sebagai salah satu rangkaian acara hajat dalam Kuda Renggong yang dilaksanakan pada malam hari dari pukul 9 sampai 11 malam sebelum keesokan harinya kudanya pentas keliling kampung.  Ini hanya hiburan alakadarnya saja, kalau bahasa sundanya ulah “tiiseun teuing isukan rek ngariakeun tapi teu ditanggap."


Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Tahapan Pelaksanaan Kuda Renggong


  1. Persiapan
            Tahap persiapan merupakan tahap dimana Kuda Renggong dimandikan terlebih dahulu menggunakan air hangat untuk menghilangkan bau pada tubuh kuda dan dijemur dibawah sinar matahari pagi, selanjutnya dipasangkan pakaian dan perlengkapan lainnya sehingga dapat menunjang penampilan Kuda Renggong.
  1. Juprit (Pemanasan)
            Tahap pemanasan yang serngkali disebut Juprit merupakan tahap dimana Kuda Renggong dipentaskan terlebih dahulu dihalaman rumah, berkeliling membentuk lingkaran memutar, sebagai pemanasan untuk kuda agar gerakannya tidak kaku pada saat turun ke jalan. Setelah beberapa putaran barulah rombongan dan pengiring musik menuju ke luar halaman rumah untuk berkeliling desa yang diawali perjalanan mengambil arah sebelah kanan karena diyakini membawa kebaikan.
  1. Pelaksanaan
            Dalam tahap pelaksanaan, sebelum Kuda Renggong berkeliling kampung, disusun dulu tiga buah barisan yang terdiri dari para penari/masyarakat sekitar yang menari untuk memeriahkan acara (di barisan ke satu); Kuda Renggong yang ditunggangi anak yang akan disunat (di barisan ke dua); dan para pemain musik yang mengiringi Kuda Renggong (di barisan ke tiga).
  1. Kembali Ke Rumah
  2. Acara Saweran
  3. Atraksi Kuda Silat

Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Syarat Pentas Kuda Renggong


Pada umumnya, ada dua syarat yang harus dipenuhi untuk mementaskan Kuda Renggong, yaitu:
  1. Ada izin pentas dari Dinas Pariwisata.
  2. Jam tayang/jam pentas Kuda Renggong biasanya dimulai pada pukul 09.00-16.00 WIB. Ciri khas khusus pentas Kuda Renggong disesuaikan dengan izin ramai-ramai dari pihak kepolisian, izin ramai-ramai itu hanya sampai pukul 15.00 WIB. Namun saat ini, surat izin ramai-ramai dari polisi sudah tidak berlaku dalam pementasan kuda renggong karena memang para seniman tidak bisa menolak sampai berapa jam pementasan tersebut, yang penting para seniman Kuda Renggong sehari penuh meladeni dan melaksanakan tugas sebagai seniman untuk menghibur atau melaksanakan hajatan dari pemilik hajat.
 Narasumber: Bapak Encep Suharna Selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Mitos Kuda Karuhun


           Menurut kepercayaan secara mistis bahwa Kuda Karuhun itu khusus disediakan untuk ditunggangi oleh karuhun atau keluarga yang telah meninggal. Jadi secara visual, sebenarnya kuda itu tidak ditunggangi siapa-siapa, namun diatas punggung kudanya disimpan sandal, pakaian, sarung ataupun kopeah, yang kemudian disematkanlah nama Kuda Karuhun. Mitos di masyarakat bahwa jika orang yang hajat (yang memiliki anggota keluarga yang telah meninggal) tidak menyediakan Kuda Karuhun di saat melaksanakan hajatan Kuda Renggong, maka acara hajatnya akan terganggu. Namun saat ini, mitos akan Kuda Karuhun sudah semakin menghilang dari benak masyarakat, hal tersebut dilihat dari jarangnya keluarga hajat menyediakan Kuda Karuhun disetiap hajatan sunatnya meskipun mereka memiliki anggota keluarga yang sudah meninggal.


Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong

Jenis-Jenis Kuda dalam Kuda Renggong


Ada 2 jenis kuda yang biasa ditampilkan dalam Kuda Renggong, yaitu:

  1. Kuda Renggong Sandel

Kuda Renggong Sandel merupakan sebutan bagi kuda lokal asli Indonesia dari pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia, dilatih dengan cara diberikan pecutan kecil dan lebih sering tinggal di luar (dilepas).





  1. Kuda Renggong Blaster

            Kuda Renggong Blaster merupakan kuda hasil perkawinan silang antara kuda lokal Sumbawa dengan kuda Australi yang mempunyai daya ingat yang kuat, dilatih dengan cara halus dan biasanya lebih sering tinggal di dalam kandang.