Kuda Renggong yang ditunggangi oleh
anak yang sedang melaksanakan sunatan melambangkan Kuda sebagai hewan
tunggangan yang dipergunakan dalam peperangan dan dalam pewayangan. Anak sunat
yang menunggangi Kuda Renggong tersebut diibaratkan seorang raja yang akan
berangkat untuk bertempur atau beperang. Pakaian yang dipakai oleh anak sunat
itu sendiri yaitu pakaian Gatot Kaca, yang merupakan salah satu pahlawan yang
pantang kalah dan pantang menyerah. Dengan demikian anak yang menunggangi Kuda
Renggong tersebut dilambangkan sebagai pahlawan yang akan menerobos dan menukik
musuh dengan gagah dan beraninya, atau dengan kata lain anak tersebut akan
menuju masa kedewasaannya. Kemudian kudanya dilambangkan sebagai hewan yang
pantang menyerah sekalipun yang dilaluinya itu sulit. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa anak yang menunggangi Kuda Ronggeng tersebut dilambangkan
sebagai kesatria yang gagah berani, yang pantang menyerah sebelum apa yang
dicita-citakan atau diinginkannya tecapai.
Menurut
Euis Suhaenah, dosen tari STSI Bandung, “kesenian kuda renggong menjadi
kesenian yang sarat akan nilai filosofis. Mengajak kuda merayakan bersama pesta
untuk mengantarkan seorang anak ke gerbang kedewasaannya. Doa dipanjatkan
melalui lagu anak berpakaian Gatot Kaca, seorang ksatria yang gagah berani mati
untuk negara dan sangat patuh pada orang tua.”
Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong
Euis Suhaenah selaku dosen tari STSI Bandung (taken from youtube "Ulah Palias Laas Ku Mangsa")
Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong
Euis Suhaenah selaku dosen tari STSI Bandung (taken from youtube "Ulah Palias Laas Ku Mangsa")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar