Rabu, 18 Mei 2016

Filosofi Dalam Kuda Renggong



            Kuda Renggong yang ditunggangi oleh anak yang sedang melaksanakan sunatan melambangkan Kuda sebagai hewan tunggangan yang dipergunakan dalam peperangan dan dalam pewayangan. Anak sunat yang menunggangi Kuda Renggong tersebut diibaratkan seorang raja yang akan berangkat untuk bertempur atau beperang. Pakaian yang dipakai oleh anak sunat itu sendiri yaitu pakaian Gatot Kaca, yang merupakan salah satu pahlawan yang pantang kalah dan pantang menyerah. Dengan demikian anak yang menunggangi Kuda Renggong tersebut dilambangkan sebagai pahlawan yang akan menerobos dan menukik musuh dengan gagah dan beraninya, atau dengan kata lain anak tersebut akan menuju masa kedewasaannya. Kemudian kudanya dilambangkan sebagai hewan yang pantang menyerah sekalipun yang dilaluinya itu sulit. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa anak yang menunggangi Kuda Ronggeng tersebut dilambangkan sebagai kesatria yang gagah berani, yang pantang menyerah sebelum apa yang dicita-citakan atau diinginkannya tecapai.
Menurut Euis Suhaenah, dosen tari STSI Bandung, “kesenian kuda renggong menjadi kesenian yang sarat akan nilai filosofis. Mengajak kuda merayakan bersama pesta untuk mengantarkan seorang anak ke gerbang kedewasaannya. Doa dipanjatkan melalui lagu anak berpakaian Gatot Kaca, seorang ksatria yang gagah berani mati untuk negara dan sangat patuh pada orang tua.”


Narasumber: Bapak Encep Suharna selaku Ketua Paguyuban Kuda Renggong
Euis Suhaenah selaku dosen tari STSI Bandung (taken from youtube "Ulah Palias Laas Ku Mangsa")

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar